1.1 Pengertian Zen Budhisme
Zen adalah salah satu aliran Buddha Mahayana. Kata Zen berasal dari bahasa Jepang. Sedangkan bahasa Sansekerta nya, dhyana (ध्यान). Di Tiongkok dikenal sebagai chan yang berarti meditasi. Aliran Zen memberikan fokus pada meditasi untuk mencapai penerangan atau kesempurnaan.
Zen menekankan praktek meditasi sebagai bahan utama untuk yang membangkitkan sifat kasih sayang, batin dan kebijaksanaan. Zen Buddhisme mendekati dengan cara, paling langsung sederhana dan praktis. Hal memahami bahwa pencerahan adalah aspek paling mendasar dari Buddhisme dan dengan demikian tidak jauh dengan kitab suci, ritual dan obyek penyembahan, yang semuanya telah menjadi aspek utama Buddhisme Mahayana di India.
Ini pendekatan yang lebih langsung diperkenalkan ke Cina pada abad ke-7 masehi oleh biksu India Bodhidarma bepergian. Ini diperkenalkan ke Jepang abad kemudian. Dalam metode baru ini (atau metode tidak) pendekatan kebenaran rohani itu harus ditransmisikan bukan dengan kata-kata tetapi dengan pencerahan spiritual. Untuk ini digunakan master Zen akhir (serta meditasi) pertanyaan dan teka-teki jawaban yang dikenal sebagai koan untuk memicu pencerahan yang cepat pada siswa mereka dengan mengejutkan mereka keluar dari cara-cara konvensional mereka berpikir logis. Salah satu koan terkenal adalah untuk merenungkan suara tepukan satu tangan. Selain itu mereka juga digunakan lukisan puisi, Zen dan kaligrafi sebagai kendaraan untuk pencerahan atau sebagai jari menunjuk ke bulan.
1.2 Seni Zen Buddhisme
Dari abad ke-12 dan abad ke-13, perkembangan lebih lanjut ialah seni Zen, mengikuti perkenalan aliran ini oleh Dogen dan Eisai setelah mereka pulang dari Tiongkok. Seni Zen sebagian besar memiliki ciri khas lukisan asli (seperti sumi-E dan Enso) dan puisi (khususnya haiku). Seni ini berusaha keras untuk mengungkapkan intisari sejati dunia melalui gaya impressionisme dan gambaran tak terhias yang tak "dualistik". Pencarian untuk penerangan "sesaat" juga menyebabkan perkembangan penting lain sastra derivatif seperti Chanoyu (upacara minum teh) atau Ikebana, seni merangkai bunga. Perkembangan ini sampai sejauh pendapat bahwa setiap kegiatan manusia merupakan sebuah kegiatan seni sarat dengan muatan spiritual dan estetika, pertama-tama apabila aktivitas itu berhubungan dengan teknik pertempuran (seni beladiri).
a. Sumi-E
Gaya lukisan seniman menggunakan kuas bulu kuda, tinta hitam, dan baik kertas atau sutra. Hal ini dikenal sebagai sumi-e. Ekonomi besar berarti diperlukan untuk mengungkapkan kemurnian dan kesederhanaan sifat kekal subjek, dan juga karena merupakan faktor generalisasi. Seni Zen tidak mencoba untuk menciptakan ilusi realitas. Ini benar untuk meninggalkan perspektif hidup, dan bekerja dengan hubungan ruang buatan yang membuat satu berpikir melampaui realitas menjadi esensi realitas. Konsep dari esensi sebagai lawan ilusi adalah dasar untuk seni Zen dalam semua tahap.
b. Enso
Tertinggi simbol seni Zen, memang dari Buddhisme itu sendiri, adalah ENSO, lingkaran. Sejak awal, pencerahan telah dibandingkan dengan bulan purnama yang terang dan sebuah cermin bundar besar. Dalam Zen, sebuah enso mewakili bentuk sesungguhnya dari sifat-Buddha, suatu keadaan yang adalah The Great Way digambarkan sebagai "" tidak besar atau kecil, tidak lebar atau sempit, tidak baik atau buruk, tidak transenden atau juga abadi. " lingkaran seperti ruang, kekurangan apa pun, tidak ada yang melebihi "Dalam tradisi Zen, enso menjadi alat visual primer dan paling efektif untuk membangkitkan pikiran.
Sebuah enso bisa disikat dari bawah, dari atas, searah jarum jam, berlawanan arah jarum jam, atau setengah lingkaran-terpisah, bentuk dari sebuah enso dapat berkisar dari simetris sempurna untuk benar-benar miring, dan dalam berbagai tingkat ketebalan, dari tipis dan lembut lemak dan padat. Para enso dapat ditempatkan di manapun di atas kertas: untuk satu sisi, di tengah, di atas, atau di bagian bawah. Kebanyakan enso memiliki prasasti yang menyertai, sebuah "petunjuk" untuk makna dan signifikansi yang ENSO tertentu. Prasasti tersebut dapat membingungkan, mendalam, cerdas, satir, lucu-kadang-kadang semua pada waktu yang sama. Sebuah enso bisa menjadi simbol dari pikiran, bulan, alam semesta, nol, keabadian, permata, samsara, pencerahan, Buddha, kue beras, kepala gundul seorang bhikkhu, bagian atas ember-atau apa pun yang Anda suka.
1.3 Ciri Seni Zen Budhisme
Bagi orang jepang ajaran Zen Budhisme diekspresikan melalui konsep estetika wabi-sabi yang digunakan sebagai acuan dalam berpedoman, mengatur dan juga sebagai pengendali dalam mencipta maupun memahami suatu karya seni. Makna dari wabi-sabi itu sendiri adalah kepasrahan (seijaku) dan ketulusan dalam menghadapi pergantian waktu, sehingga rasa ketulusan dan kepasrahan tersebut bagi orang Jepang diekspresikan ke dalam karya seninya dengan melukiskan situasi keadaan hening, tenang dan diam.
Wabi-sabi sebagai system estetik yang komprehensif, telah mempunyai jangkauan ruang lingkup yang luas antara lain ; ajaran moral, spiritual, methaphisik, ekspresi dan kualitas benda. Menurut Hizamatsu Shinishi prinsip-prinsip ajaran zen telah digunakan sebagai acuan dalam menentukan kaidah-kaidah estetis termasuk unsur-unsur dan prinsip seni Jepang. Karakteristik estetika Jepang tersebut adalah fukinsei (asimetri), kanzo (sederhana), kokou (esensi). Shizen (kewajaran), yuugen (bermakna), datsuzoku (bebas dari ikatan) dan seijaku (hening).
1.4 Tokoh Zen Buddhisme
· Wang Wei (lahir tahun 701 – meninggal tahun 761)
Wang Wei lahir di Yongji Provinsi Shanxi, nama pelajarnya adalah Mo Jie. Ia lulus sarjana pada usia 20 tahun, lalu mendapat jabatan di pusat. Tapi karena terkena kasus, ia sempat dimutasi ke markas militer. Di kemudian hari, ia juga sempat menjadi Menteri Kanan, salah satu menteri utama, ia dipanggil ”Menteri Kanan Wang”. Wang mulai mendalami Zen Budhisme di usia tengah baya, ia pun sempat berpikir untuk menjadi pendeta. Ia sendiri melukiskan warna Zen Budhisme dengan cara berpuisi. Dengan kata-kata yang efektif dan efisien, dia mampu menghadirkan gambar pemandangan alam yang sangat hidup, lengkap dengan warna, suara, dan suasana.
· Dokuan Genko (1630-1698)
Seorang pelukis pada masa Tokugawa; sekitar abad ke 17. Zen Budhisme pada periode ini disebut sebagai Tokugawa Zen yang banyak menekankan tentang perenungan atau meditasi. Genko melukiskan bagaimana cara seseorang merenungkan tentang dirinya sendiri. Perenungan ini disebut sebagai compilatation of foulness, metode ini bertujuan untuk mengingatkan manusia tentang ketidakabadian di dunia ini. Berikut adalah contoh dari lukisan yang dibuat oleh Genko mengenai visualisasi manusia terhadap kematian;
gambar
Dari gambar-gambar tersebut terlihat bahwa proses visualisasi menurut Genko terdiri dari Sembilan tahapan. Pertama adalaha proses visualisasi tentang orang mati, lalu tubuh mati itu mulai hancur, setelah itu darah mayat tersebut mongering, keempat adalah visualisasi saat mayat tersebut membiru dan membusuk, gambar kelima merupakan visualisasi saat mayat menjadi tengkorak, gambar keenam merupakan visualisasi terhadap proses saat mayat tersebut mulai dimakan oleh binatang-binatang; dibaris yang terakhir, gambar ketujuh adalah visualisasi saat tubuh mati tersebut mulai menghilang karena pengaruh musim, gambar kedelapan adalah visualisasi saat tubuh mati yang hanya tulang belulang dan proses visualisasi yang terakhir adalah proses kremasi mayat tersebut.
Pengajaran cara meditasi menggunakan lukisan seperti ini sangat marak pada masa Tokugawa di Jepang namun perlahan-lahan hal ini menjadi berkurang bahkan menghilang pada era selanjutnya. Penyebab utama dari hilangnya tradisi ini kemungkinan besar karena pada era Meiji; era setalah Tokugawa, pendeta-pendeta Buddha yang sebelumnya tidak pernah menikah mulai banyak yang menikah pada era ini dan gambaran mengenai tubuh orang mati tersebut yang memang sering digambarkan sebagai tubuh wanita mati, merupakan hasrat seksual terpendam dari para pendeta tersebut.
- Bodhidharma
Bodhidharma (Dewanagari: बोधिधर्म Hanzi 菩提達摩, pinyin Pútídámó atau hanya Dámó saja; Wade-Giles Tamo; Jepang ダルマ, Daruma, Vietnam: Bồ-đề-đạt-ma, Dharma Taishi, Tatmo Cowsu), juga dikenal sebagai Guru Dharma Tripitaka, adalah seorang bhiksu legendaris beragama Buddha. Menurut mitologi Shaolin, Bodhidharma dianggap sebagai pendiri mazhab Chan atau Zen agama Buddha dan aliran seni bela diri Siau Liem Sie Quanfa atau yang lebih dikenal sebagai Shaolin Kung Fu / Shorinji Kempo (bahasa Jepang) di kuil Siau Liem / Shaolin Tiongkok.
2. ESTETIKA CHINA
2.1 Asal-usul Seni Lukis Tiongkok Dan Sejarahnya.
Sejarah seni lukis Tiongkok sudah lama sekali pehikis etnis Han dan etnis-etnis minoritas menciptakan gaya nasional yang nyata dan bentuk ekspresi yang beraneka ragam, sehingga terbentuk seni lukis tradisional yang mempunyai kepribadian khas.
Jauh pada zaman dahulu kala, orang melukiskan berbagai gambar hias pada dinding batu dan alat-alat tembikar. Tiga ribu tahun lalu, Tiongkok telah mencapai kemajuan cukup besar di bidang seni lukis. Dalam kitab-kitab kuno sudah terdapat catatan tentang kegiatan seni lukis. Pada zaman dinasti Qin dan Han, 2 ribu tahun lebih yang lalu, adalah masa awal imperium feodal dengan kekuasaan monarki. Selama masa itu, seni lukis Tiongkok kebanyakan adalah lukisan dinding untuk mempropagandakan tata susila dan menyatakan penghargaan kepada pejabat yang berjasa. Pada dinasti Han muncul lukisan pada kain sutera yang bergaya bebas, tapi cenderung rapi dan indah, dengan hidup mengekspresikan kehidupan aktual, sejarah serta tokoh-tokoh dalam dongeng. Pada zaman Tiga Kerajaan serta Jin selatan dan utara seribu tahun lebih yang lalu adalah zaman perpecahan Tiongkok dalam waktu panjang;namun masa itu adalah tahap penting dalam sejarah seni lukis Tiongkok. Kejayaan agama Budha telah menyebar-luaskan seni rupa agama Budha ke seluruh Tiongkok.
Zaman dinasti Sui dan Tang kuang lebih seribu tahun lalu adalah masa jaya masyarakat feodal, negara bersatu, masyarakat relatif tentram , ekonomi berkembang, pertukaran ekonomi dan budaya dengan luar negerei yang intensif telah menyediakan kesempatan baru bagi perkembangan seni lukis, sehingga telah membuka situasi di mana seni lukis mencapai masa jaya, dan muncul sejumlah pelukis terkenal yang berpengaruh dalam sejarah.
Tema seni lukis pada zaman dinasti Tang tetap mengutamakan tokoh manusia, sedang lukisan pemandangan mencapai kemajuan yang nyata, lukisan bunga dan burungjuga mulai berkembang.
Pada zaman dinasti Song 8 ratus tahun lalu, sejarah Tiongkok memasuki masa akhir masyarakat feodal, seni lukis menjadi lebih matang dan sempuma.
Perkembangan seni lukis mengalamai pembahan besar pada zaman dinasti-dinasti Yuan, Ming dan Qing antara 8 ratus tahun lalu sampai awal abad ini. Lukisan cendekiawan mendapat perkembangan yang menonjol, tema lukisan pemandangan bunga dan burung mengambil porsi terbesar, sedang lukisan tokoh manusia yang mencerminkan kehidupan sosial semakin mundur.
2.2
2.3 Tokoh Estetika China
- Mao Zedong
Mao Zedong (Hanzi: 毛澤東) (lahir di Shaoshan, Hunan, 26 Desember 1893 – meninggal di Beijing, 9 September 1976 pada umur 82 tahun), adalah seorang tokoh filsuf dan pendiri negara Republik Rakyat Cina. Ia adalah salah satu tokoh terpenting dalam sejarah modern Cina.
Mao sebenarnya bukan seorang filsuf yang orisinil. Gagasan-gagasannya berdasarkan bapak-bapak sosialisme lainnya seperti Karl Marx, Friedrich Engels, Lenin dan Stalin. Tetapi ia banyak berpikir tentang materialisme dialektik yang menjadi dasar sosialisme dan penerapan gagasan-gagasan ini dalam praktek seperti dikerjakan Mao bisa dikatakan orisinil. Mao bisa pula dikatakan seorang filsuf Cina yang pengaruhnya paling besar dalam Abad ke 20 ini.
Konsep falsafi Mao yang terpenting adalah konflik. Menurutnya: “Konflik bersifat semesta dan absolut, hal ini ada dalam proses perkembangan semua barang dan merasuki semua proses dari mula sampai akhir.” Model sejarah Karl Marx juga berdasarkan prinsip konflik: kelas yang menindas dan kelas yang tertindas, kapital dan pekerjaan berada dalam sebuah konflik kekal. Pada suatu saat hal ini akan menjurus pada sebuah krisis dan kaum pekerja akan menang. Pada akhirnya situasi baru ini akan menjurus kepada sebuah krisis lagi, tetapi secara logis semua proses akhirnya menurut Mao, akan membawa kita kepada sebuah keseimbangan yang stabil dan harmonis. Mao jadi berpendapat bahwa semua konflik bersifat semesta dan absolut, jadi dengan kata lain bersifat abadi. Konsep konflik Mao ini ada kemiripannya dengan konsep falsafi yin-yang. Semuanya terdengar seperti sebuah dogma kepercayaan. Di bawah ini disajikan sebuah cuplikan tentang pemikirannya tentang konflik.
Dalam ilmu pengetahuan semuanya dibagi berdasarkan konflik-konflik tertentu yang melekat kepada obyek-obyek penelitian masing-masing. Konflik jadi merupakan dasar daripada sesuatu bentuk disiplin ilmu pengetahuan. Di sini bisa disajikan beberapa contoh: bilangan negatif dan positif dalam matematika, aksi dan reaksi dalam ilmu mekanika, aliran listrik positif dan negatif dalam ilmu fisika, daya tarik dan daya tolak dalam ilmu kimia, konflik kelas dalam ilmu sosial, penyerangan dan pertahanan dalam ilmu perang, idealisme dan materialisme serta perspektif metafisika dan dialektik dalam ilmu filsafat dan seterusnya. Ini semua obyek penelitian disiplin-disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda-beda karena setiap disiplin memiliki konfliknya yang spesifik dan esensi atau intisarinya masing-masing.
Contoh-contoh yang diberikan oleh Mao Zedong mengenai 'konflik' dalam disiplin yang berbeda-beda diambilnya dari Lenin. Beberapa analogi memang pas tetapi yang lain-lain tidak. Bilangan-bilangan negatif dan positif merupakan sebuah contoh yang buruk mengenai dialektika marxisme karena perbedaan mereka tidak dinamis: hanya ada bilangan-bilangan negatif dan positif baru yang bermunculan. Pendapat Mao menjadi meragukan lagi apabila ia mengatakan bahwa 'konflik'-'konflik' ini merupakan 'intisari' daripada disiplin ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bilangan negatif dan positif bukanlah intisari ilmu matematika, begitu pula metafisika dan dialektika bukanlah intisari dari filsafat. Mao adalah seseorang yang terpelajar dan pengertian-pengertiannya yang salah bisa diterangkan dari sebab ia sangat terobsesi dengan konsep konflik ini. Obsesi ini juga memengaruhi keputusan-keputusan politiknya seperti akan dipaparkan di bawah nanti.
Konsep Mao kedua yang penting adalah konsepnya mengenai pengetahuan yang juga ia ambil dari paham Marxisme. Mao berpendapat bahwa pengetahuan merupakan lanjutan dari pengalaman di alam fisik dan bahwa pengalaman itu sama dengan keterlibatan.
Jika engkau mencari pengetahuan maka engkau harus terlibat dengan keadaan situasi yang berubah. Jika kau ingin mengetahui bagaimana sebuah jambu rasanya, maka jambu itu harus diubah dengan cara memakannya. Jika engkau ingin mengetahui sebuah struktur atom, maka engkau harus melakukan eksperimen-eksperimen fisika dan kimia untuk mengubah status atom ini. Jika engkau ingin mengetahui teori dan metoed revolusi, maka engkau harus mengikutinya. Semua pengetahuan sejati muncul dari pengalaman langsung.
Hanya setelah seseorang mendapatkan pengalaman, maka ia baru bisa melompat ke depan. Setelah itu pengathuan dipraktekkan kembali yang membuat seseorang mendapatkan pengalaman lagi dan seterusnya. Di sini diperlihatkan bahwa Mao tidak saja mengenal paham Marxisme tetapi juga paham neokonfusianisme seperti dikemukakan oleh Wang Yangmin yang hidup pada abad ke 15 sampai ke abad ke 16.
- Lao Zi
Lao Tzu (Tionghoa: 老子, pinyin: Lǎo Zǐ) merupakan ahli filsafat yang terpopuler dan juga merupakan pendiri Taoisme (Tionghua: 道教 atau 道家) kini. Riwayat hidupnya tidak banyak terdapat dalam catatan historis, tetapi kewujudannya terbukti dalam catatan historis Tiongkok, Shiji.
Menurut kitab Shiji, Lǎo Zǐ memiliki nama asli Lier (李耳; pinyin: LĭĚr), nama sopannya Boyang (伯阳) dan nama almarhum kehormatannya Dan (聃). Terdapat segolongan sarjana mengatakan Boyang dan Dan adalah nama sopannya. Lǎo Zǐ (570-470 SM), dilahirkan di Provinsi Ku(苦县), Chuguo (楚国), sekarang dikenali Provinsi Henan. Ia merupakan ketua pustakawan Chuguo pada zaman dinasti Zhou, di mana pada masa jabatannya, ia banyak mendapat manfaat dengan membaca kitab-kitab serta catatan-catatan historis, sehingga ia mencapai keluasan wawasan.
Kemasyhuran Lǎo Zǐ luas tersebar sehingga kepada Kong Hu Cu. Menurut catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Laozi untuk meminta pengajaran akan kesopanan. Terdapat lukisan-lukisan berdasarkan kisah ini. Berdasarkan catatan ini, diperkirakan bahwa Kong Hu Cu berumur lebih muda kurang lebih 20 tahun daripada Lǎo Zǐ. Menurut rujukan Zhuangzi, Kong Hu Cu pertama kali berjumpa dengan Lǎo Zǐ pada usia 17 dan kemudian pada usia 34, dan perjumpaan ketiga kalinya di Xiangyi (相邑) serta semasa berusia 51 dan 66.
Pada waktu keruntuhan Dinasti Zhou, Lǎo Zǐ meletakkan jabatan dan meninggalkan negerinya dengan koaknya. Ketika ia tiba di Kastam Hangu (函谷关), Guan Yixi (关尹喜) memintanya meninggalkan filsafat dalam bentuk tulisan. Atas permintaan ini, ia menciptakan dua karya yang berjudul Dao dan De sebelum meninggalkan Chuguo. Kedua kitab tersebut digabungkan dan diperkenalkan sebagai Daode Jing yang berisikan 5000 huruf Tionghua dalam 81 bab.
Kata kebajikan yang dikenang Lao Zi:
“ | Kebaikan dalam kata-kata menciptakan keyakinan, kebaikan dalam berpikir menciptakan kebesaran hati, kebaikan dalam tindakan menciptakan cinta. | ” |
“ | Keramah-tamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi menciptakan kasih. | ” |
“ | Orang hebat mampu mengendalikan orang lain, tetapi lebih hebat lagi kalau dia mampu mengendalikan dirinya sendiri. | ” |
- Gu Kaizhi
Pelukis terkenal dari China kuno lahir di Wuxi. Dia menulis tiga buku tentang lukisan teori: Di Lukisan (画 论), Pengenalan Lukisan Terkenal Dinasti Wei dan Jin (魏晋胜 流 画 赞) dan Lukisan Yuntai Gunung (画 云台山 记). Dia menulis, "Dalam lukisan gambar, pakaian dan penampilan tidak terlalu penting. Mata adalah semangat dan faktor yang menentukan.."
- Wang Xizhi
Seorang kaligrafer Cina terkenal yang hidup pada abad ke-4 Masehi. Karyanya yang paling terkenal adalah Xu Lanting, pengantar kumpulan puisi yang ditulis oleh sejumlah penyair saat pertemuan di Lan Ting dekat kota Shaoxing di provinsi Zhejiang dan terlibat dalam sebuah permainan yang disebut "liu shui shang qu".
- Wei Shuo
Kaligrafer terkenal Dinasti Jin Timur yang mendirikan aturan konsekuensial tentang Script Reguler. Karyanya yang terkenal adalah Prasasti Terkenal Selir (名 姬 帖 Ming Ji Tie) dan The Prasasti Wei-shi He'nan (卫 氏 和南 帖 Wei-shi He'nan Tie).
2.4 Contoh Karya Seni China
Dua pria asyik dengan percakapan sementara dua lainnya melihat. Lukisan Cina pada ubin keramik dari sebuah makam dekat Luoyang, provinsi Henan, Dinasti Han Timur (25-220 M).
Tujuh orang Bijak dari Hutan Bambu. Beberapa makam di dekat Jin Timur modal yang modern Nanjing memiliki gambar dari eksentrik 'tujuh orang bijak' yang digambarkan dalam dinding bata. Dalam contoh yang ditunjukkan di sini, masing-masing tokoh diberi label dan ditampilkan minum, menulis, atau memainkan alat musik (Shaanxi Provincial Museum, Shaanxi, Cina).
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar