Minggu, 16 September 2012

Realita, Wartawan, Pengarang, dan Redaktur

| |




    A seorang pemuda tanggung sebatang kara. Ia seorang pencopet, yang biasa melancarkan aksinya di pasar X dua tahun ini, dan sekali pun belum pernah tertangkap.


    Tapi, apes. Hari ini ia tertangkap basah. Pedagang dan pengunjung pasar sudah pasti menghajarya kalau saja B, seorang polisi, tidak cepat datang dan membawa A ke kantor polisi untuk di interogasi guna mendapatkan ganjaran setimpal.

Wartawan akan menulis tentang :

    A tertangkap saat melancarkan aksinya. Untunglah (kata ini biasa digunakan mungkin karena koran-koran kita diperbolehkan punya empati terhadap pencopet), sebelum sempat dihakimi massa, A digelandang B, yang kebetulan sedang patroli, ke kantor polisi. Di kantor polisi itulah diketahui bahwa A seorang sebatang kara dan belum pernah tertangkap selama beroperasi di pasar X dua tahun ini.

Pengarang akan menulis tentang:

    A kepergok saat melancarkan aksinya. Ia segera lari begitu seorang berteriak “copet!”. Lima orang pengunjung pasar mengejar. A sengaja melempar dompet ke tong sampah di sudut pasar agar kejar-kejaran selesai. Tapi tidak segampang itu. Kejar-kejaran berlanjut dan terjadi amat seru, karena A menuju kampung padat penduduk di belakang pasar dengan banyak gang kecil sambung-menyambung. A berhasil melesat lebih cepat dari para pengejar, ia berbelok ke sebuah gang tanpa mengurangi kecepatan larinya. A menabrak gerobak kayu C. C adalah bapak A. C menjual pakaian bekas. Gerobaknya dari papan kayu setinggi dada orang dewasa dengan atap tertutup. A langsung nyemplung ke gerobak dan menutup atapnya sambil minta diantar pulang. C mengira anaknya lari dari perkelahian antar pemuda. C merasa harus menolong. Lima pengejar yang merasa kehilangan jejak bertemu dengan C, dan bertanya kearah mana A lari. C menjawab ia tak berpapasan dengan siapa pun. Lima pengejar itu pun mengumpat: “sialan! bisa lolos juga pencopet tadi!” Mendengar demikian C membelokkan arah gerobak yang tadinya menuju rumah, kini menuju kantor polisi.

Redaktur akan menulis tentang:

    Seekor tikus yang tengah menikmati santapan di dalam tong sampah di sudut pasar X. Di saat asyik-asyiknya mengerat roti kepala si tikus kena timpuk dompet. Itu membuatnya kaget, terlonjak, mencicit, kemudian keluar dari tong sampah dengan jalan bagai orang mabuk. Tapi si tikus tetap memutuskan menuju rumah meski kepalanya pusing dengan pandangan berpendar dan berbayang; serasa benda-benda di depannya menjadi dua. Akhirnya, si tikus sampai juga di rumah dan merasa perlu tersenyum lebar karena mendapati isterinya menjadi empat. Tak hanya itu, keempat isterinya pun tampak rukun.


Things to Learn :

        Intinya, Manusia itu berlebihan dalam menyikap sebuah masalah sepele. Dalam hal ini, selayaknya manusia berpikir mengenai tindakan yang akan dibuat mengenai sebuah masalah, bukan mencari populularitas dari masalah tersebut.



Sumber     

0 komentar:

Posting Komentar