Selasa, 23 Oktober 2012

PERSEPSI [C]

| |

Pengalaman sehari-hari mengenai dunia visual mungkin kelihatan biasa dan jelas. Namun, ketika seseorang membandingkan pengalamannya (sebuah dunia yang obyeknya tetap stabil dan konstan) dengan pengamatannya melalui organ-organ indera dalam bentuk rangsangan secara fisik (suatu keadaan mendekati perubahan yang kontinyu),  pengalamannya mengenai dunia visual seolah-olah melibatkan dua ‘dunia’ yang sangat berbeda. Para ahli psikologi menggunakan batasan sensasi dan persepsi untuk membedakan dua ‘dunia’ ini. Sensasi merujuk ke pengalaman-pengalaman yang merupakan hasil terpaan rangsang secara fisik (misal, sinar atau suara) ke dalam berbagai organ indera (misal, mata dan telinga). Persepsi merujuk ke cara pengorganisasian dan penafsiran informasi sensoris yang datang untuk memungkinkan seseorang membentuk  ‘gambaran  dalam’  mengenai dunia luar.
Bab ini memperhatikan beberapa dasar gejala pengamatan visual dan cara persepsi visual diorganisir. Pengkonsentrasian pada penglihatan ini,  bukan untuk meniadakan indera lain, karena penglihatan adalah modalitas indera yang dominan pada manusia dan, hasilnya, banyak hal telah diketahui mengenai persepsi dalam modalitas penginderaan ini dari pada modalitas penginderaan lain (Eysenck, 1993). Banyak prinsip-prinsip yang mengatur persepsi visual manusia diungkapkan pertama kali  oleh murid-murid sebuah ‘sekolah’, pemikiran psikologi German yang menyebut diri Ahli Psikologi Gestalt. Bab ini mempelajari kontribusi mereka pada pengetahuan mengenai persepsi visual.
Mahasiswa diharap mampu menjelaskan gejala-gejala persepsi dengan berbagai bentuk, faktor-faktor yang mempengaruhinya, termasuk penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada persepsi itu sendiri.

2.1.  Psikologi Gestalt dan Persepsi Visual

Sepanjang 1890, seorang filsuf German Ehrenfels mengklaim, banyak kelompok stimuli  memerlukan suatu  susunan sifat  yang melampaui dan mengatasi jumlah dari bagian-bagian stimuli-stimuli itu. Sebuah persegi, contoh,  lebih dari pada sebuah kumpulan sederhana garis-garis ia mempunyai ‘kepersegian’. Ehrenfels menyebut ini ‘sifat emergent’  Gestalt qualitat (atau kualitas bentuk). Awal abad ini, ahli psikologi Gestalt (paling dikenal, Max Wertheimer, Kurt Koffka, dan Wolfgang Kohler) berusaha menemukan prinsip-prinsip penafsiran informasi sensoris. Mereka berargumen, seperti menciptakan sebuah pengalaman perseptual yang koheren, lebih dari pada jumlah bagian-bagiannya, otak melakukan hal ini  dengan cara teratur dan dapat diprediksi. Dan, prinsip-prinsip pengorganisasian ini sebagian besar ditentukan pembawaan sejak lahir.

2.2. Persepsi Bentuk

Bila seseorang hendak menstrukturkan informasi sensoris yang masuk,  saat itu, ia harus mempersepsi obyek-obyek sebagai hal yang terpisah dari rangsang lain dan memiliki bentuk yang bermakna.

2.2.1. Figur dan Latar

Tugas pertama pengamatan seseorang ketika dikonfrontasi dengan sebuah obyek (atau figur) ialah mengenal obyek. Untuk melakukannya, ia harus mengamati obyek sebagai sesuatu yang berbeda dari hal-hal di sekeliling obyek (atau latar). Keakraban  seseorang dengan suatu obyek berperan menentukan apakah obyek diamati sebagai figur atau latar. Namun, bagaimanapun, bentuk-bentuk asing dan bahkan yang paling tidak bermakna,  juga terlihat  sebagai  figur-figur, sebagaimana di gambar 1.1.
Hal ini mengilustrasikan bahwa keakraban penting untuk mempersepsi bentuk, tidak diperlukan. Bila begitu, seseorang akan memperoleh kesulitan untuk mengamati  obyek-obyek  yang belum pernah ia lihat (Carlson, 1987). Satu dari penentu-penentu terkuat figur dan latar ialah sekelilingnya. Area-area yang tertutup kontur secara umum tampak sebagai figur, sebaliknya area yang mengelilingi secara umum tampak sebagai latar. Penelitian menunjukkan ukuran, orientasi, dan kesimetrisan juga memainkan peran dalam pemisahan figur-latar.
 Pada beberapa kasus, sebelumnya, mungkin tidak terdapat cukup informasi dalam suatu pola yang dapat mempermudah seseorang untuk membedakan figur dan latar. Sebuah contoh bagus tampak pada gambar 1.2. Dalmatian (figur),  anjing tutul-tutul,  sulit dibedakan dari latar karena, dari sejumlah ‘kontur anjing’ yang ia miliki, hanya sedikit yang dapat dilihat. Hasilnya, dalmatian itu kelihatan memiliki bentuk yang tidak lebih berbeda dari pada latarnya (dan ini, tentu, merupakan prinsip yang mendasari kamuflase)
Pada kasus lain, sebuah figur mungkin memiliki kontur-kontur yang jelas, namun dapat diamati dalam dua cara yang sangat berbeda. Karena,  tidak jelas  bagian rangsang yang merupakan figur dan bagian rangsang yang merupakan latar. Hal ini dikenal sebagaipembalikan figur-latar. Sebuah contoh paling terkenal adalah vas, pot bunga Rubin (Rubin, 1915) di  gambar 1.3. Pada pot bunga Rubin, hubungan gambar-latar secara terus-menerus mengalami pembalikan sehingga pot itu diamati sebagai sebuah pot putih dengan latar hitam atau dua profil hitam pada latar putih. Bagaimanapun, rangsang selaludiorganisir ke dalam sebuah figur yang tampak pada sebuah latar, dan pembalikan mengindikasikan rangsang yang sama dapat memicu lebih dari satu persepsi.

 2.2.2. Pengelompokan

Sekali seseorang mendiskriminasi figur dari latar, figur dapat diorganisir ke dalam sebuah bentuk yang bermakna. Ahli psikologi Gestalt yakin bahwa obyek-obyek diamati sebagai gestalten (telah diterjemahkan secara bervariasi sebagai keseluruhan pengorganisasian, konfigurasi-konfigurasi, atau pola-pola) dari pada kombinasi-kombinasi, sensasi-sensasi yang terisolasi. Ketika seseorang membawa pesan ke sensasi-sensasinya dan coba memberi bentuk, ia menggunakan ‘hukum-hukum’ tertentu untuk mengelompokkan rangsang bersama-sama. Ahli psikologi Gestalt mengindentifikasi sejumlah ‘hukum-hukum’ tentang organisasi persepsi yang menggambarkan pandangan mereka bahwa pengamatan keseluruhan pada suatu obyek  lebih dari  pada  jumlah  bagian-bagiannya.
Hukum ini dapat diringkas di bawah satu judul, hukum pragnanz, menurut pernyataan: ‘organisasi psikologis akan selalu sama ‘utuh’ dengan kondisi-kondisi umum yang mengijinkan. Dalam definisi ini, ‘utuh’ tidak didefinisikan (Koffka, 1935). Menurut Attneave (1954), ‘utuh’ dapat didefinisikan sebagai memiliki suatu taraf  redudansi (kelebihan) internal yang tinggi, yaitu, struktur sebuah bagian yang tidak dapat dilihat sangat dapat diprediksi dari bagian-bagian yang dapat dilihat. Secara sama, menurut  prinsip minimum Hochberg (1978), bila terdapat lebih dari satu cara mengorganisir rangsang visual tertentu, orang yang kemungkinan besar mengamati adalah orang yang memerlukan jumlah informasi paling sedikit untuk  mengamati  rangsang. Dalam praktek, cara ‘terbaik’ mengamati sesuatu adalah melihatnya secara simetrik, seragam dan stabil, dan ini dicapai dengan mengikuti  hukum-hukum pragnanz[1] Hukum ini terdiri dari  tujuh  ketentuan:

1. Kedekatan

Elemen-elemen yang muncul berdekatan satu sama lain dalam ruang atau waktu cenderung diamati bersama-sama, sehingga perbedaan jarak titik-titik menghasilkan empat  garis vertikal atau empat garis horizontal:
● ● ● ●             ● ● ● ● ●
● ● ● ●             ● ● ● ● ●
● ● ● ●             ● ● ● ● ●
● ● ● ●             ● ● ● ● ●
Sebuah contoh auditif mengenai kedekatan, seseorang akan mempersepsi serangkai notasi musik sebagai sebuah melodi karena notasi-notasi itu segera tiba setelah satu notasi lain pada waktunya.

2. Kesamaan

Bila figur-figur mempunyai kesamaan satu sama lain, seseorang cenderung mengelompokkan mereka bersama-sama. Jadi, segitiga-segitiga dan lingkaran-lingkaran di bawah ini lebih dilihat sebagai kolom-kolom dari bentuk-bentuk yang sama ketimbang dilihat  sebagai baris-baris dari bentuk-bentuk berbeda.
▲  ●  ▲  ●  ▲
▲  ●  ▲  ●  ▲
▲  ●  ▲  ●  ▲
▲  ●  ▲  ●  ▲
Ketika seseorang mendengar seluruh suara yang terpisah dalam suatu koor sebagai suatu kesatuan, prinsip kesamaan beroperasi.

3. Kesinabungan

Seseorang cenderung mengamati bentuk, pola-pola berkesinabungan dari pada sebuah pola terputus-putus. Pola di bawah dapat dilihat sebagai rangkaian setengah-lingkar yang bertukar-tukar, namun cenderung diamati sebagai sebuah garis bergelombang (A) dan sebuah garis lurus (B).
Musik dan suara diamati sebagai sesuatu yang berkesinabungan dari pada serangkai bunyi-bunyi yang terpisah.

4. Penutupan

Hukum penutupan mengatakan, seseorang sering mensuplai informasi yang hilang untuk menutup sebuah figur dan memisahkannya dari latar. Dengan mengisi bagian yang hilang tersebut, ilustrasi di bawah ini dilihat lebih sebagai sebuah lingkaran.

5. Hubungan Bagian-Keseluruhan

Sama seperti ilustrasi kesinambungan dan kedekatan, tiga figur di bawah mengilustrasikan prinsip bahwa keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagiannya. Setiap pola disusun dari 12 tanda silang, namun secara keseluruhan pola-pola itu berbeda, meski  sama bagian bagiannya.

Notasi-notasi dalam suatu skala musik yang skalanya ditinggikan menghasilkan bunyi yang sangat berbeda dibandingkan dengan notasi-notasi yang sama, yang skalanya direndahkan. Dan,  melodi yang sama dapat dikenal ketika disenandungkan, dibisikan atau dimainkan dengan  instrumen dan di dalam kunci-kunci (notasi) yang berbeda.

6. Kesederhanaan

Menurut hukum ini, sebuah pola rangsang akan diorganisir ke dalam komponen-komponennya yang paling sederhana. Figur di bawah biasa diamati sebagai sebuah segi empat dengan sebuah segitiga yang melengkapi dari pada sebagai sebuah bentuk geometri  yang rumit dan tidak bernama.

7. Gerak bersama-sama

Elemen-elemen yang terlihat bergerak bersama-sama diamati sebagai elemen milik bersama. Hal ini menjelaskan mengapa sekelompok orang yang berlari pada arah yang sama muncul menyatu dalam tujuan mereka.

2.3.  Evaluasi Sumbangan Gestalt

Paling tidak, sebuah filsafat besar yang mempengaruhi psikologi Gestalt adalahfenomenologi. Sepanjang menyangkut persepsi, fenomenologi melihat stabilitas dan koherensi dunia (yaitu, dunia yang dialami sehari-hari) sebagai pusat  perhatian. Koffka, contoh, meyakini bahwa pertanyaan terpenting untuk dijawab para ahli psikologi persepsi ialah ‘Mengapa melakukan sesuatu terlihat seperti yang mereka lakukan?’ dan bagi Kohler: ‘Tampaknya menjadi satu titik awal bagi psikologi, tepatnya seperti bagi semua ilmu lain: dunia seperti kita menemukannya, kekanak-kanakan dan tidak kritis’.
Bagi banyak ahli psikologi, psikologi Gestalt telah memiliki suatu pengaruh besar dalam pemahaman mengenai proses-proses pengamatan. Menurut Roth (1986), laporan paling komperhensif mengenai pengelompokkan perseptual tetap diberikan ahli-ahli Gestalt. Dan, dalam pandangan Gordon (1989), temuan-temuan mereka ‘sekarang telah menjadi bagian dari pengetahuan permanen kita tentang persepsi’, dan kebanyakan ahli psikologi akan menyetujui, para ahli Gestalt  telah benar  tentang banyak hal.
Namun, banyak peneliti kontemporer telah membantah, seperti dikemukakan semula, beragam ‘hukum’ yang diajukan para ahli Gestalt, paling baik hanya bersifat deskriptif dan yang paling buruk adalah kekaburan, ketidaktepatan, dan sulit untuk mengukur  (hal apa, contoh,  yang membuat sebuah lingkar atau segi empat merupakan sebuah figur ‘yang utuh’? (Greene, 1990). Beberapa studi (contoh, Pomerantz dan Garner, 1973; Navon, 1977) telah berupaya menyebut berbagai kritik yang dibuat dari hukum-hukum Gestalt.
Data yang dilaporkan Navon dan temuan-temuan beberapa kajian lain memberi dukungan pada pernyataan-pernyataan yang dibuat para ahli Gestalt. Namun, hukum-hukum Gestalt sulit diterapkan untuk persepsi mengenai obyek-obyek padat (seperti dilawankan dengan gambar 2-D). Mata manusia dirancang untuk melihat obyek-obyek 3-D dan ketika susunan-susunan 3-D dikaji, hukum-hukum Gestalt tidak dapat ditegakkan secara konsisten (Eysenck, 1993). Lagi pula, para ahli psikologi Gestalt sangat menekankan obyek-obyek tunggal; padahal dalam dunia yang mengelilinginya manusia, manusia dihadapkan dengan ‘keseluruhan’ kancah di mana obyek-obyek tunggal merupakan ‘bagian-bagian’ (Humphreys dan Riddoch, 1987). Hasilnya, banyak pertunjukan-pertunjukan psikologi Gestalt memiliki validitas lingkungan sangat rendah, tidak merepresentasikan hal-hal yang disebut Gordon (1989) ‘obyek-obyek dan peristiwa-peristiwa yang harus dihadapi organisme untuk bertahan’.

2.5. Persepsi Kedalaman

Orang mengatur imej dua dimensi (2-D) yang jatuh pada retina untuk mengorganisasi persepsi-persepsi tiga dimensi (3-D). Kemampuan melihat obyek-obyek dalam 3-D disebut persepsi tentang kedalaman. Persepsi tentang kedalaman memungkinkan seseorang mengestimasi jarak obyek-obyek dari dirinya. Beberapa petunjuk yang digunakan untuk mentransformasi imej retina 2-D ke dalam persepsi-persepsi 3-D melibatkan kedua mata dan mengandalkan pada pekerjaan mereka secara sama. Hal ini disebut petunjuk binokular. Petunjuk lain yang tersedia secara terpisah pada setiap mata disebut  petunjuk monokular.

2.5.1. Petunjuk Binokular

Kebanyakan binatang-binatang yang dimangsa (seperti kelinci) memiliki mata di samping kepala. Hal ini memungkinkan mereka untuk melihat bahaya yang mendekat, menjangkau suatu area yang luas. Kebanyakan predator (seperti singa) memiliki susunan mata yang berdekatan di depan kepala. Hal ini memungkinkan mereka untuk memiliki penglihatan binokular, yang membantu dalam memburu mangsa. Seperti predator yang non-human, manusia memiliki penglihatan predator dan hal ini mempengaruhi cara ia mengamati dunia. Empat petunjuk binokular yang penting adalah disparitas retinastereopsisakomodasidan konvergensi.
Kenyataan, mata manusia berpisah hampir tiga inci, berarti tiap retina menerima secara perlahan-lahan imej yang berbeda mengenai dunia. Jumlah disparitasretina (perbedaan antara dua imej) yang dideteksi otak memberi seseorang suatu petunjuk penting mengenai jarak. Contoh, jika Anda menahan jari secara langsung di depan hidung, perbedaan antara dua imej retina adalah besar (dan hal ini dapat ditunjukan dengan melihat pada jari Anda. Pertama, dengan mata kiri tertutup dan kedua, dengan mata kanan tertutup). Ketika jari dihentikan agak jauh, disparitas retina sangat kecil.
Biasanya, seseorang tidak melihat imej ganda. Karena dua imej dikombinasikan otak dalam suatu proses yang disebut stereopsis. Stereopsis memungkinkan otak menerima dua imej secara bersama dan memungkinkan seseorang mengalami satu penginderaan 3-D dari pada dua imej yang berbeda. Dalam akomodasi, yang merupakan sebuah petunjuk muscular, lensa-lensa mata merubah bentuk ketika seseorang memfokus pada suatu obyek. Lensa-lensa menandai obyek-obyek terdekat dan meratakan obyek-obyek yang tampak di kejauhan. Petunjuk muscular lain untuk jarak adalah konvergensi.  Konvergensi ini merujuk ke proses-proses dengan mana bintik mata lebih dan lebih masuk sebagai sebuah obyek berdekatan. Tidak ada angle dari konvergensi, otak dapat memberi kita informasi tentang kedalaman melampaui jarak sekitar enam sampai 20 kaki (Hochberg, 1971).

2.5.2. Petunjuk Monokular

Petunjuk binokular penting untuk menilai jarak relatif obyek terdekat. Dengan jarak obyek yang sangat jauh dari petunjuk binokular, setiap mata menerima sebuah citra retina yang sangat mirip dengan melihat ke depan.  Pada jarak yang sangat jauh, kita tergantung pada petunjuk monokular, yaitu, petunjuk mensugesti kedalaman yang hanya dapat diterima dengan satu mata. Beberapa petunjuk monokular kepada kedalaman dideskripsikan  sebagai berikut:
  • Ukuran Relatif: semakin besar sebuah citra dari sebuah obyek di dalam retina, semakin besar obyek tersebut dinilai.  Obyek yang lebih besar dari obyek lain dinilai lebih dekat dengan mata kita.
  • Saling menutupi (atau melapiskan sesuatu di atas sesuatu): Jika satu obyek sebagian ditutupi obyek lain, ini diterima seperti agak jauh. Ketika obyek yang lebih kecil sebagian ditutupi oleh obyek yang lebih besar, mereka tampak sama dekat dari pada jika posisi dari dua obyek dibalik (sebuah kombinasi dari saling menutupi dan ukuran relatif).
  • Tinggi relatif: obyek di bawah harizon dan lebih rendah dalam pandangan mata kita dipersepsi semakin mendekat. Obyek di atas horizon dan lebih tinggi dari pandangan mata kita dipersepsi semakin menjauh.
  • Kualitas Permukaan: Ini berkenaan dengan fakta bahwa permukaan berpola yang terdekat tampak kasar daripada permukaan yang lebih jauh. Maka, saat meningkatkan jarak, detil permukaan berpadu bersamaan dan pola tampak menjadi halus.
  • Perspektif Linier: penampilan covergence dari garis yang berjajar diinterprestasikan sebagai sebuah petunjuk kejauhan. Makin besarcovergence, makin besar kejauhan yang diterima.
  • Bayangan: keburaman obyek yang merintangi cahaya dan menghasilkan bayangan. Bayangan dan sorotan memberikan kita informasi tentang bentuk 3-D dari obyek. Ilustrasi di bawah, obyek sebelah kiri diamati sebagai 2-D. Obyek sebelah kanan diamati sebagai bentuk 3-D karena terdapat bayangan di bawahnya.
  • Kecerahan relatif: obyek yang dekat dengan kita lebih merefleksikan cahaya pada mata kita. Pengecilan cahaya dari dua obyek  yang sama tampak menjauh dari kita.
  • Kabut/Kabur Udara: obyek yang berkabut tampak diterima lebih jauh dari pada obyek yang lebih fokus/tidak berkabut (seperti efek blur di Photoshop).
  • Perspektif Udara: obyek yang berada pada jarak yang sangat jauh memiliki warna berbeda (seperti sebuah gunung yang dari kejauhan tampak kebiru-biruan).
  • Gerakan Parallax: jika kita bergerak, obyek dekat kita tampak bergerak daripada obyek yang jauh dari kita. Jika kita bergerak melewati obyek yang berada di jarak yang berbeda dengan kita, mereka tampak bergerak melintasi pandangan mata dengan kecepatan berbeda-beda, dan obyek yang dekat kita bergerak lebih cepat. Perbedaan dalam kecepatan membantu kita menilai kedua jarak dan kedalaman.

2.6. Ketetapan Perseptual

Sekali kita mempersepsi obyek sebagai bentuk yang koheren dan ditempatkan dalam ruang, kita harus mengenali obyek tanpa ‘dibodohi’ oleh perubahan ukuran, bentuk, lokasi, kecerahan, dan warnanya. Kemampuan mempersepsi sebuah obyek sebagai sesuatu yang tidak berubah meski berubah di dalam sensor informasi yang mencapai mata kita disebut ketetapan perseptual, dan beberapa ketetapan pandangan perseptual telah diidentifikasi.

2.6.1. Ketetapan Ukuran

Seperti orang bergerak menjauhi kita, ukuran citra orang yang diproyeksikan retina tampak mengecil. Bagaimanapun, dari pada melihat orang-orang tersebut sebagai ‘bertambah kecil’,  kita mempersepsi mereka sebagai orang yang tingginya sesuai bergerak menjauhi kita. Kecenderungan mempersepsi sebuah obyek sebagai ukuran yang tetap meski berubah dalam sensor stimuli yang dihasilkan disebut ketetapan ukuran. Ketetapan ukuran terjadi karena sistem perseptual menghitung jarak obyek dari posisi orang itu melihat. Jadi, penerimaan ukuran sama dengan ukuran citra retina dalam menghitung kejauhan. Ketika orang bergerak menjauhi kita, kemudian, citra mereka di retina kita mengecil sesuai dengan peningkatan jarak mereka. Sistem persetual kita menginterprestasikan perubahan ini sebagai hasil perubahan lokasi dari sebuah obyek mengenai ketetapan ukurannya.
Persepsi sebuah citra yang tertinggal (afterimage) menyajikan sebuah contoh situasi dimana jarak dapat bervariasi tanpa merubah ukuran citra retina. Jika anda memandangi lampu yang terang untuk beberapa detik dan kemudian berpaling, anda akan mengalami sebuah afterimage. Pencitraan yang tertinggal ini mempunyai ukuran yang tepat, bentuk dan posisi di dalam retina. Bagaimanapun, jika anda dengan cepat melihat pada obyek yang terdekat dan kemudian sebuah obyek menjauh, pencitraan yang tertinggal tampak mengecil dan mengembang, muncul lebih besar ketika anda melihat obyek yang lebih jauh. Seperti yang sudah kita lihat, semakin jauh obyek sebenarnya membuat sebuah citra yang lebih kecil dan untuk memelihara ketetapan perseptual, otak meng-‘scales-up’ citra (ketetapan penskalaan). Kesamaan ketetapan penskalaan diterapkan untuk sebuah afterimage menghasilkan perubahan dalam ukuran yang tampak.

2.6.2. Ketetapan Bentuk

Kita sering memandang obyek dari sudut dimana bentuk yang mereka tunjukkan ‘sebenarnya’ tidak direfleksikan dalam citra retina. Contoh, pintu persegi-empat sering memproyeksikan bentuk segi-empat yang dua sisinya sejalan dan cangkir yang bundar sering memproyeksikan citra berbentuk lingkaran. Dengan cara sama, sistem persepsi berkompensasi terhadap perubahan dalam citra retina untuk menghasilkan ketetapan ukuran, jadi, memelihara ketetapan berkenaan dengan bentuk. Gambar pintu di kanan mengilustrasikan ketetapan bentuk. Pintu ini tetap dianggap empat persegi panjang walau tampak daun pintunya trapesium. Namun, bagaimanapun,  ada peristiwa dimana ketetapan bentuk dan ukuran tidak berlaku. Ketika kita melihat orang di bawah dari atas gedung tinggi, bagi kita mereka kelihatan seperti semut, meskipun kita tahu mereka adalah orang. Jadi, persepsi dapat lebih kuat daripada konsepsi, meski ini sebuah pengecualian untuk peraturan.

2.6.3. Ketetapan Lokasi

Saat memutar kepala, secara tetap dihasilkan perubahan pola dari citra retina. Bagaimanapun, kita tidak mempersepsi dunia ini berputar. Ini karena kinaesthetic feedback dari otot-otot dan organ-organ keseimbangan di telinga yang diintregasikan dengan perubahan stimulasi retina dalam otak untuk mencegah persepsi bergerak (berputar). Untuk menjaga agar dunia tidak berputar setiap kita memutar mata, otak mengurangi perintah pergerakan-mata dari perubahan hasil dalam retina dan ini membantu untuk menjaga obyek berada dalam lokasi yang tetap.

2.6.4. Ketetapan Kecerahan

Kita melihat benda seperti memiliki lebih kurang kecerahan yang tetap meski jumlah cahaya yang dipantulkan obyek berganti-ganti menurut level penerangan (cahaya). Contoh, kertas berwarna putih memantulkan 90 persen cahaya yang jatuh pada kertas, sedangkan kertas berwarna hitam hanya memantulkan 10 persen. Pada sinar matahari yang terang, bagaimanapun, kertas berwarna hitam tetap terlihat hitam meski dapat memantulkan 100 kali lebih terang daripada pantulan kertas berwarna putih di dalam ruangan (McBurney dan Collins, 1984). Persepsi kecerahan tergantung pada pencahayaan relatif atau seberapa banyak cahaya suatu obyek memantul secara relatif  ke sekelilingnya. Jika kertas hitam yang diterangi matahari dilihat lewat cerobong tidak akan terlihat apa-apa, ia akan tampak keabu-abuan karena cahaya matahari yang terang memantulkan sejumlah cahaya. Jika dilihat tanpa cerobong, kertas kembali terlihat hitam karena kurang memantulkan cahaya daripada obyek penuh warna di sekelilingnya.

2.6.5. Ketetapan Warna

Di ketetapan warna, obyek yang tampak mempertahankan warna (atau, lebih tepatnya, corak warna obyek) di bawah berbagai kondisi pencahayaan (termasuk cahaya malam hari) dengan kecukupan kontras dan bayangan. Ketetapan warna tampak berfungsi secara  baik saat melihat obyek yang hampir sama. Bagaimanapun, saat kita sebelumnya tidak mengetahui sebuah warna obyek, ketetapan warna kurang efektif (Delk dan Fillenbaum, 1965). Jika anda memiliki baju baru yang terang  dilihat dengan lampu pijar (neon) tanpa melihat baju baru tersebut di kondisi lampu yang biasa, anda akan tidak ragu setuju dengan Delk dan Fillenbaum!

2.7. Ilusi

Kebanyakan, persepsi merupakan proses yang dapat dipercaya. Pada beberapa peristiwa, bagaimanapun, persepsi kita salah mengartikan dunia. Saat persepsi pada sebuah obyek tidak sejalan dengan karakter fisik sebuah obyek yang sebenarnya, kita mengalami ilusi. Beberapa ilusi disebabkan gangguan fisik dari rangsang sedangkan yang lain disebabkan kita salah mempersepsikan rangsang (Coren dan Girgus, 1978). Sebuah contoh dari ilusi fisik adalah membengkoknya tongkat jika diletakan dalam air. Ini dapat dijelaskan fakta bahwa air bertindak seperti sebuah prisma, membelokkan gelombang sinar sebelum wujud obyek sampai ke mata. Umumnya, ilusi seperti itu tidak mengejutkan karena contoh tersebut sering dialami dan mudah untuk dimengerti.
Persepsi ilusi terjadi ketika sebuah stimulus membawa petunjuk yang salah yang menyebabkan kita menciptakan persepsi stimulus tersebut tidak akurat atau tidak mungkin terjadi. Gregory (1983) mengenali empat tipe ilusi. Empat ilusi itu adalah distorsi (atau ilusi geometri), kebingungan (atau gambar yang dapat dibalik), gambar paradoxical-berlawanan dengan asas-asas (atau obyek yang mustahil) dan fiksi.
Ilusi Ponggendrof (gambar kanan) menunjukkan pengamatan yang berlebih-lebihan ketika garis diagonal dipandang lebih miring dan saat batang paralel lebih terpisah. Bila sebuah garis dibawa mendekat secara horisontal, ilusi akan menghilang (McKay dan Newbingging, 1977). Pada 1965, dua pesawat Amerika bertabrakan di atas kota New York menewaskan empat orang dan melukai 49 orang. Kedua pesawat muncul dari sebuah kumpulan awan dan, meski tetap berada pada altidudes-ketinggian 10.000 dan 11.000 kaki, masing-masing pilot melihat pesawat lain muncul dari awan pada sebuah sudut dan mereka mengira akan bertabrakan. Saat mereka melakukan manuver menghindari tabrakan, mereka malah bertabrakan, sebuah kecelakaan yang dapat diatribusikan kepada versi yang kompleks dari ilusi Penggendorf (Cohen dan Girgus, 1978).
 Tidak secara dramatis, kita dapat menjelaskan keterkejutan orang ketika pohon tinggi yang mereka robohkan secara aktual berubah menjadi lebih pendek dari pada yang mereka percayai. Ilusi vertikal-horisontal (gambar kiri) menggambarkan, kita mempunyai sebuah kecenderungan untuk melebih-lebihkan ukuran obyek vertikal. Jadi, sebuah pohon tampak lebih pendek ketika dipotong daripada saat pohon itu berdiri (Cohen dan Girgus, 1978).
Kita menghadapi satu tipe kebingungan atau gambar yang dapat dibalik (vas Rubbin) di awal bab ini. Tiga gambar yang dapat dibalik lain ditunjukkan gambar (di kanan) berikut. Kubus Necker (gambar a) pertama dijelaskan L.A. Necker (1832). Pada ilusi ini, gambar mengalamidepth reversal. Kubus dapat diamati dengan menyilangkan baik sisi belakang kubus atau sisi atas kubus ke arah bawah. Meski sistem persepsi menginterprestasikan ini sebagai garis 2-D digambar seperti obyek 3-D, kubus secara spontan me-reverse orientasi kedalamannya jika dilihat sekitar 30 detik.
Gambar b menunjukkan E.G. Boring’s ‘Old/Young Women’ dan gambar 1.7c merupakan contoh pembalikan gambar dimana perubahan dalam persepsi menggambarkan pembalikan obyek. Gambar dapat diamati sebagai profil wajah seorang perempuan muda dengan hanya ujung hidung yang tampak. Bagaimanapun, pipi perempuan muda juga dapat diamati sebagai hidung wajah seorang perempuan yang lebih tua. Dalam pembalikan, kepala bebek/kelinci Jastrow’s (gambar c), obyek dapat diamati sebagai salah satu dari kepala seekor bebek dengan garis terputus di kiri atau sebagai seekor kelinci (moncong bebek menjadi telinga kelinci).
Gambar berlawanan asas terlihat biasa pada pemeriksaan pertama, pada pemeriksaan lebih dekat, kita menyadari, mereka tidak dapat muncul di realitas (karena ‘paradoksial’). Gambar (kiri) berikut menunjukkan tiga gambar paradok.
Menurut Hochberg (1970), hanya butuh beberapa detik untuk menyadari gambar itu tidak mungkin karena kita membutuhkan waktu untuk secara penuh mempelajari gambar, mengorganisasi bagian-bagiannya ke dalam keseluruhan yang berarti. Ketika melihat sebuah gambar, mata kita bergerak dari satu tempat ke tempat pada rata-rata tiga perubahan per detik (Yarbus, 1967). Jadi, saat melihat sebuah gambar yang tidak mungkin, kita membutuhkan waktu (dan makin sulit gambar, makin lama waktu yang dibutuhkan) untuk mengenal dan mengamati bentuknya setelah  sifat ketidakmungkinan dari gambar dapat diapresiasikan.
Lukisan M.C. Escher (di kanan) menggunakan petunjuk persepsi dengan cara seperti itu untuk mendorong kita mengamati sebuah gambar 3-D meski penciptanya hanya mengerjakan dengan dua dimensi. Karena ini juga rumit, kita membutuhkan waktu lebih lama untuk mengenal dan menyadari bahwa itu tidak mungkin.
Ilusi yang telah kita pertimbangkan sejauh ini semuanya dengan sengaja diciptakan. Bagaimanapun, kita dikelilingi oleh ilusi di dalam kehidupan sehari-hari kita. Kegunaan dari petunjuk perspektif oleh penciptanya membimbing kita untuk menerima kedalaman dan kejauhan, yaitu, kita tambahkan sesuatu pada sebuah foto yang secara fisik tidak tampak. Kita juga menambahkan sesuatu pada citra yang diproyeksikan dalam layar televisi kita. Televisi memperkerjakan ilusi jenis lainnya, dinamakan movement-pergerakan.

source


0 komentar:

Posting Komentar