Menurut Kotler dan Armstrong (2004), “Brand equity is the positive differential effect that knowing the brand name has on customer response to the product or service” (p. 292).
Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa. Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual.
Artinya ekuitas merek adalah efek diferensiasi yang positif yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa. Jadi brand equity adalah kekuatan suatu brand yang dapat menambah atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap barang atau jasa yang dijual.
Aaker (1996:8) mengelompokkan brand equity ke dalam lima katagori yaitu
(1) Brand loyalty (kesetiaan terhadap merek) Merupakan suatu ukuran keterkaitan konsumen kepada sebuah merk. Ukuran ini mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang konsumen beralih ke merk produk lain, terutama jika didapati merk tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain. Konsumen yang loyal umumnya akan melanjutkan pembelian merk tersebut walaupun dihadapkan pada banyak alternative merk produk pesaing yang menawarkan karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai sudut atributnya;
(2) Brand Name Awereness (kesadaran merk) menunjukkan kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali mengingat kembali suatu merk sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu;
(3) Brand association segala ke-san yang muncul dibenak seorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek. Variabel ini berkaitan dengan persepsi yang terbentuk dibenak konsumen mengenai karakteristik atau atribut-atribut yang dimiliki olehsuatu merk. Kesan-kesan yang Nampak pada suatu merk akan meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merk, atau dengan semakin seringnya penampakan merk tersebut dalam strategi komunikasinya;
(4) Perceived quality (persepsi terhadap kualitas) dapat didefinisikan sebagai presepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh konsumen. Perceived Quality yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut;
(5) Other Proprietary brand assets brand equity yang lainnya seperti paten, trademark.
Adapun pengetahuan tentang merek yang dimaksud oleh Terence A. Shimp (2003), yaitu:
A. Kesadaran Merek (Brand Awareness).
Kesadaran merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan. Merek yang populer merupakan aset yang besar nilainya bagi suatu produk karena berpengaruh terhadap keputusan konsumen.
Kesadaran merek merupakan dimensi dasar dalam ekuitas merek yang menjelaskan bahwa “berdasarkan cara pandang konsumen, sebuah merek tidak memiliki ekuitas hingga konsumen menyadari keberadaan suatu merek tersebut.” Kesadaran merek ini di bagi lagi ke dalam dua tingkat kesadaran, yaitu: (1) Mampu mengingat merek (brand recall). Mencerminkan tingkat kesadaran yang lebih dalam. Hanya sedikit orang yang dapat mengingat sebuah merek dari memori mereka tanpa bantuan suatu pengingat atau petunjuk apa pun; (2) Kenal akan merek (brand recognition). Mencerminkan tingkat kesadaran yang dangkal. Konsumen dapat mengidentifikasi merek tertentu dengan benar jika mereka diberi daftar merek-merek atau diberi petunjuk tentang merek tertentu.
B. Citra Merek (Brand Image). Menurut Terence A. Shimp, citra merek (brand image) merupakan jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen ketika mengingat sebuah merek tertentu. Asosiasi tersebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu yang dikaitkan dengan suatu merek, yang dapat dikonseptualisasikan berdasarkan; 1) Jenis, 2) Dukungan, 3) Kekuatan dan 4) Keunikan. Aspek penting pada citra merek ini adalah gambaran mental yang dimiliki konsumen terhadap produk (Shimp, 2003: 11).
Sumber :
1. Jurnal Bisnis dan Akuntansi : PENGARUH INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION TERHADAP BRAND EQUITY PADA SEBUAH BANK PEMERINTAH DI JAKARTA oleh Aulia Danibrata
2. Jurnal : STUDI MENGENAI BRAND LOYALTY DALAM MENINGKATKAN BRAND EQUITY Oleh Emy Yatul Hasanah
3. Jurnal Bisnis dan Manajamen : CO-Branding danPengaruhmya Terhadap Brand Equity Oleh Dwinto Martri Aji Buana
4. Jurnal Brand equity and Customer Loyalty (Correlation Study between Brand Equity Influence toward Customer Loyalty in Election of Provider Handphone IM3 and XL Communication College Student of Social and Political Science Faculty of Sebelas Maret University Generation 2008-2009 Oleh Surisno Satriyo Utomo
0 komentar:
Posting Komentar