Apakah tipografi itu? Tipografi adalah seni merancang huruf, kata, paragraf, dan bagaimana mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Banyak web designer dan web developer juga sering menyebut tipografi sebagai seni dalam memilih font atau jenis huruf yang akan digunakan dalam web design. Tipografi memegang peranan yang sangat penting dalam web design. Mengingat 95% dari web design terdiri dari font, maka pengetahuan tipografi harus menjadi prioritas utama bagi web designer dan web developer.
Salah satu pengetahuan di bidang tipografi adalah anatomi huruf. Anatomi huruf ialah bagian-bagian penyusun huruf. Setiap jenis font memiliki anatominya masing-masing dan tentunya ini akan memiliki dampak psikologis dan komunikasi yang berbeda-beda pula bagi pembacanya. Setiap aspek pembentuk anatomi font juga menentukan karakter dari font.
Berikut ini penjelasan ringkas mengenai font yang sering digunakan dalam web design:Serif Font
Keluarga Serif font adalah salah satu jenis font tertua, font ini sudah ada sejak tahun 1200. Salah satu jenis keluarga Serif font yang sering kita kenal adalah Times New Roman, Georgia, Book Antiqua, Palatino dan Garamond. Serif Font juga sering disebut sebagai huruf 'bersepatu' karena memiliki pemanjangan pada bagian serif-nya (lihat gambar di atas). Font-font ini mencerminkan kualitas dan ketegasan. Selain itu, serif font juga dipercaya lebih mudah dibaca, diingat, dan mudah diserap oleh otak. Surat kabar dan majalah sering sekali menggunakan font ini sebagai main tipografinya.
Tetapi karena detil anatominya menjadi tidak sempurna saat muncul di monitor (resolusi 72 dpi), maka Serif font lebih cocok untuk digunakan dalam media offline beresolusi tinggi (300 dpi) seperti buku dan surat kabar, di mana mereka dapat tampil secara detil dan lebih mudah dibaca. Mereka tidak cocok untuk teks online kecuali bila diset lebih besar dari biasanya.
Slab-Serif Font
Slab-serif font adalah subclass dari font serif. Font ini seperti Serif font tetapi memiliki garis lurus yang tegas (tidak melengkung). Slab-serif font menyajikan sebuah keharmonisan antara keterbacaan font serif dan tampilannya di monitor. Meskipun font ini sebenarnya juga kurang pantas untuk disajikan dalam ukuran kecil karena akan kehilangan detilnya dan menjadi sulit dibaca.
Salah satu tipe Slab-Serif Font yang cukup populer ialah Rockwell
Sans-Serif Font
Sans-serif font ialah font yang tidak memiliki serif sama sekali ("sans" berasal dari bahasa Perancis yang berarti "tanpa"). Keluarga Sans-serif font adalah font yang paling tepat untuk digunakan dalam web design. Karena font ini tetap nyaman dibaca di layar monitor. Sans-serif font juga cocok untuk judul, karena mereka cukup menonjol dan mudah dibaca dari jauh.
Keluarga sans-serif font yang paling sering dipakai ialah Helvetica (yang dikenal sebagai Arial di Windows), Trebuchet MS, Lucida Grande, dan Verdana. Semua font ini memiliki karakter yang 'bersih' dan mudah dibaca walau berukuran kecil.
Character Proportion
Yang dimaksud 'Character Proportion' adalah font yang memiliki lebar karakter sama, tidak peduli itu huruf 'w' atau 'i' semuanya dicetak dalam lebar yang sama (seperti huruf di mesin ketik manual). Hal ini membuat karakter lebih sulit untuk dibaca dalam ukuran normal karena bentuk huruf-hurufnya yang kurang proporsional. Salah satu anggota keluarga Character Proportion font ialah Courir New.
Font tipe ini jelas kurang sesuai untuk digunakan sebagai main tipografi dalam web, tetapi tipe font ini memang wajib digunakan dalam pemrograman atau penyajian kode-kode HTML karena memiliki lebar huruf yang sama dan mudah dihitung spasinya.
Cursive dan Fantasy Font
Dua keluarga font lain yang paling sering digunakan ialah Cursive dan Fantasy. Dua keluarga font ini adalah font-font khusus yang tidak sesuai untuk digunakan dalam teks tubuh tetapi cukup tepat jika diterapkan dalam situasi tertentu (untuk judul atau header misalnya).
Font Cursive, seperti Comic Sans MS di atas memang kelihatannya cukup 'ramah' dibaca, tetapi akan memunculkan kesan 'kurang profesional' sehingga umumnya tidak disukai. Sedangkan font tipe Fantasy seperti Jokerman tampaknya tidak berperan besar dalam web, tetapi dapat digunakan sebagai judul atau bagian-bagian menonjol lainnya. Cursive dan Fantasy Font dianggap terlalu-dekoratif jika terlalu banyak digunakan karena membuat teks tersebut sulit dibaca.
Kesimpulannya, web designer biasanya akan cenderung menggunakan Verdana - dan memang Verdana-lah yang paling banyak digunakan di web design. Hal ini karena tingkat keterbacaannya yang tinggi. Verdana akan tampak sempurna jika disajikan dalam ukuran 11 piksel. Makin besar ukurannya, biasanya Verdana makin susah dibaca. Verdana yang berukuran standar juga dinilai mampu memberikan kesan profesional.
Helvetica/Arial sebenarnya juga memiliki variasi font (bold, italic, dsb) yang cukup bagus. Tetapi font ini jarang dipakai karena 'bentuknya' tidak sebagus Verdana. Trebuchet MS juga cukup baik, lebar dan spasinya mirip dengan Arial, dan akan memunculkan karakter tersendiri karena font ini cukup jarang digunakan. Sedangkan Times New Roman adalah font yang dirancang untuk desain cetak dan sebaiknya tidak digunakan dalam web design, kecuali jika dipasang dalam ukuran besar. Courier New juga berguna untuk menampilkan potongan kode-kode pemograman tetapi jangan gunakan font ini untuk body teks apalagi main tipografi.
Sedangkan untuk masalah ukuran huruf, yang harus diketahui ialah: Makin besar ukuran font, maka font akan makin susah dibaca dan sulit dipahami karena akan membuat fokus/konsentrasi si pembaca buyar, akibatnya informasi pun menjadi tidak tersampaikan secara sempurna; Sedangkan Makin kecil ukuran font, akan membuat pembaca harus makin konsentrasi untuk membacanya, yang biasanya akan membuatnya jadi malas membaca. Memang, sebagian besar orang Indonesia beranggapan bahwa font yang makin besar adalah makin 'jelas', tetapi berbagai penelitian psikologi komunikasi dan berbagai survey malah membuktikan bahwa ukuran yang efektif adalah ukuran font yang 'pas' (untuk paragraf/body text, untuk tipe sans-serif adalah 12-14px).
Seorang web designer harus bisa menentukan ukuran font yang 'pas'. Font di buku anak-anak misalnya, tentunya akan di-set dengan ukuran yang lebih besar (biasanya sekitar 16-22pt), karena anak-anak lebih tertarik pada 'bentuk' daripada 'makna' di balik tulisan tersebut. Semakin dewasa, maka pengertian ini akan menjadi makin bergeser, yaitu lebih tertarik pada 'makna' dari pada 'bentuk' nya.
Sebenarnya, selain bentuk font, banyak hal lain yang menentukan bagus-tidaknya atau komunikatif-tidaknya tipografi dalam web design, seperti warna font, tingkat kontras, proporsi, bloking, sinergi bentuk, dan lain sebagainya. Kesesuaian pemilihan font dengan konsep web design keseluruhan seperti minimalis, retro, paper style, dan lain sebagainya juga harus turut diperhitungkan. Mungkin kapan-kapan akan kita jelaskan lebih detil mengenai tipografi dalam web design